Setelah cukup istirahat, tujuan selanjutnya adalah basecamp kledung yang merupakan gerbang pendakian gunung sindoro. Saya dan tim memutuskan untuk berjalan kaki menuju basecamp kledung sambil menikmati pemandangan gunung sumbing disebelah kanan dan gunung sindoro sebelah kiri. Mungkin saat itu memakan satu jam perjalanan untuk sampai di basecamp kledung. Saya benar-benar sudah lupa detail nya, yang pasti sebelum magrib saya sudah sampai di bascamp kledung. Kebanyakan basecamp gunung pada saat itu hanya berupa rumah bagian aula atau mungkin lebih tepat disebut ruang tamu, tapi memang lumayan luas sih. Biasanya yang dijadikan basecamp adalah rumah yang dituakan di kaki gunung itu, atau di beberapa gunung populer ada yang sudah punya semacam pengurusnya semi profesional dan menagih sejenis retribusi. ya.. kurang lebih kondisinya seperti itulah..
Kondisi saya saat itu sangat lelah sekali, sepertinya semua tenaga sudah habis digunakan untuk pendakian gunung sumbing di malam sebelumnya dan yang saya perlukan saat itu adalah tidur dan istirahat. Dua jam setelah terlelap satu persatu tim pun bangun, karena semakin malam ternyata semakin gaduh oleh pendaki yang semakin banyak mendatangi basecamp untuk menuju puncak sindoro. Melihat banyak pendaki yang memulai pendakian dimalam hari, saya dan tim berdiskusi mengenai strategi pendakian ke puncak sindoro dan diputuskan semua akan mendaki puncak sindoro malam itu juga. Diputuskan juga untuk meninggalkan sebagian logistik dan perlengkapan yang dianggap tidak perlu, salah satunya adalah pakaian basah akibat terkena badai dipuncak sumbing tadi pagi.
Pengurangan logistik dan trek sindoro yang lebih ringan dari sumbing seharusnya membuat pendakian lebih mudah, nyatanya kondisi yang tidak prima membuat pendakian cukup berat, bahkan saya merasa lebih berat dari pendakian sumbing sebelumnya. Belum lagi saya harus memulai pendakian sekitar jam 10 malam. Ramainya jalur pendakian membuat saya tidak patah semangat, sesekali saya menyemangati diri sendiri dengan melihat ke arah gunung sumbing serta beberapa titik cahaya senter sedang bergerak perlahan, trek sumbing yang lebih berat saja saya bisa, sindoro juga pasti saya bisa.
Target pendakian adalah langsung puncak sindoro untuk melihat sunrise, rencana tinggalah rencana, kondisi saya dan beberapa tim sudah dalam batas maksimal dan saya memutuskan untuk buka tenda dan tidur sekitar jam tiga pagi. Saya dan tim niatkan untuk tidur tanpa beban, yang terpenting adalah kesehatan dan keselamatan semuanya, puncak tak akan kemana, sunrise pun bisa saya dapatkan dari pendakian lainnya. Benar saja, saya bangun ketika matahari sudah menerangi gunung sindoro, saat itu sekitar jam tuju pagi. saya dan yang lainnya bergegas masak untuk sarapan dan jam delapan pagi saya melanjutkan perjalanan. Kondisi tubuh saat ini kembali prima, logistik di simpan di tenda membuat pendakian semakin cepat, tapi memang jarak kepuncak masih jauh dari tempat saya camp, jadi perlu waktu dua jam untuk sampai puncak sindoro.
Saya masih ingat, saat itu sekitar jam sepuluh pagi sampai di puncak sindoro dan disambut kabut tebal, berbeda dengan kabut berujung badai di sumbing, saat itu adalah kabut yang biasa pendaki temukan di puncak gunung. Memang diatas jam delapan kabut mulai naik kembali keatas menandakan berakhirnya negeri diatas awan. Oleh karena itu, sangat disarankan jika ingin berada di puncak di sekitar jam empat sampai jam delapan pagi saja. Meskipun diselimuti kabut puncak sindoro masih ramai oleh pendaki, beberapa pendaki yang sudah lama berada dipuncak sambil lalu bilang "Telat mas, tadi view nya masih bagus"
Bagi saya, mencapai puncak apalagi mendapatkan view bagus adalah bonus, tentu saja tujuan akhir dari pendakian adalah kembali kerumah masing-masing dengan selamat. Begitu juga dengan tim pendakian saya, meskipun mendapatkan dua kali puncak kabut, tetap berbahagia karena dapat berkumpul kembali bersama keluarga di rumah.
Dua tahun setelah pendakian ini, salah satu anggota tim meninggal dunia karena terjatuh saat turun dari gunung merapi jalur kali urang..
Kondisi saya saat itu sangat lelah sekali, sepertinya semua tenaga sudah habis digunakan untuk pendakian gunung sumbing di malam sebelumnya dan yang saya perlukan saat itu adalah tidur dan istirahat. Dua jam setelah terlelap satu persatu tim pun bangun, karena semakin malam ternyata semakin gaduh oleh pendaki yang semakin banyak mendatangi basecamp untuk menuju puncak sindoro. Melihat banyak pendaki yang memulai pendakian dimalam hari, saya dan tim berdiskusi mengenai strategi pendakian ke puncak sindoro dan diputuskan semua akan mendaki puncak sindoro malam itu juga. Diputuskan juga untuk meninggalkan sebagian logistik dan perlengkapan yang dianggap tidak perlu, salah satunya adalah pakaian basah akibat terkena badai dipuncak sumbing tadi pagi.
Pengurangan logistik dan trek sindoro yang lebih ringan dari sumbing seharusnya membuat pendakian lebih mudah, nyatanya kondisi yang tidak prima membuat pendakian cukup berat, bahkan saya merasa lebih berat dari pendakian sumbing sebelumnya. Belum lagi saya harus memulai pendakian sekitar jam 10 malam. Ramainya jalur pendakian membuat saya tidak patah semangat, sesekali saya menyemangati diri sendiri dengan melihat ke arah gunung sumbing serta beberapa titik cahaya senter sedang bergerak perlahan, trek sumbing yang lebih berat saja saya bisa, sindoro juga pasti saya bisa.
Target pendakian adalah langsung puncak sindoro untuk melihat sunrise, rencana tinggalah rencana, kondisi saya dan beberapa tim sudah dalam batas maksimal dan saya memutuskan untuk buka tenda dan tidur sekitar jam tiga pagi. Saya dan tim niatkan untuk tidur tanpa beban, yang terpenting adalah kesehatan dan keselamatan semuanya, puncak tak akan kemana, sunrise pun bisa saya dapatkan dari pendakian lainnya. Benar saja, saya bangun ketika matahari sudah menerangi gunung sindoro, saat itu sekitar jam tuju pagi. saya dan yang lainnya bergegas masak untuk sarapan dan jam delapan pagi saya melanjutkan perjalanan. Kondisi tubuh saat ini kembali prima, logistik di simpan di tenda membuat pendakian semakin cepat, tapi memang jarak kepuncak masih jauh dari tempat saya camp, jadi perlu waktu dua jam untuk sampai puncak sindoro.
Saya masih ingat, saat itu sekitar jam sepuluh pagi sampai di puncak sindoro dan disambut kabut tebal, berbeda dengan kabut berujung badai di sumbing, saat itu adalah kabut yang biasa pendaki temukan di puncak gunung. Memang diatas jam delapan kabut mulai naik kembali keatas menandakan berakhirnya negeri diatas awan. Oleh karena itu, sangat disarankan jika ingin berada di puncak di sekitar jam empat sampai jam delapan pagi saja. Meskipun diselimuti kabut puncak sindoro masih ramai oleh pendaki, beberapa pendaki yang sudah lama berada dipuncak sambil lalu bilang "Telat mas, tadi view nya masih bagus"
Bagi saya, mencapai puncak apalagi mendapatkan view bagus adalah bonus, tentu saja tujuan akhir dari pendakian adalah kembali kerumah masing-masing dengan selamat. Begitu juga dengan tim pendakian saya, meskipun mendapatkan dua kali puncak kabut, tetap berbahagia karena dapat berkumpul kembali bersama keluarga di rumah.
Dua tahun setelah pendakian ini, salah satu anggota tim meninggal dunia karena terjatuh saat turun dari gunung merapi jalur kali urang..
Comments
Post a Comment