Labels

Blog Archive

Categories

Popular Posts

Protection

Blogger templates

Blogger templates

Popular Posts

Skip to main content

Cerita Pendaki #2: Puncak Cikuray yang Menakjubkan

Pengalaman mendaki puncak bongkok di pegunungan sawal bukannya menyurutkan minat saya terhadap gunung malah sebaliknya, tidak sabar menunggu libur berikutnya yaitu libur kenaikan kelas karena di perjalanan pulang dari gunung bangka saya dijanjikan untuk diajak lagi dilibur berikutnya ke gunung cikuray. pada saat itu sama sekali belum ada gambaran seperti apa gunung cikuray, jadi dibayangan saya gunung cikuray sama seperti gunung bongkok namun lebih besar dan lebih tinggi tentunya.
Waktu yang dinantipun tiba, libur kenaikan kelas juni atau juli 1999. Saat itu saya sudah punya ransel 60 liter merek pamor (menurut informasi saat itu pamor adalah alpina versi murah). Perlengkapan tim saya percayakan pada anggota pendakian yang lain yang sebagian adalah anggota pendakian yang ikut ke gunung bangka. Pada saat kumpul di tempat yang ditentukan dilakukan packing ulang pada beberapa ransel, termasuk ransel saya diisi beberapa barang keperluan tim salah satunya adalah kompan air berkapasitas 5 liter.
Untuk mencapai kaki gunung cikuray tim menggunakan elf dari terminal tasikmalaya di cilembang (saat ini sudah pindah ke indihiang). Ongkosnya berapa sudah tidak ingat lagi, turun di pertigaan patrol untuk dilanjutkan berjalan kaki. Menyusuri jalan aspal rusak sampai jembatan kecil, kemudian belok kanan melewati beberapa petak sawah dan kebun penduduk yang ditandai jalan setapak yang mulai menanjak. Pengalaman pertama berjalan membawa beban ransel cukup menyiksa, beberapa kali saya meminta istirahat sejenak untuk mengatur nafas. Memerlukan sekitar 60 menit untuk sampai di perumahan kebun teh tempat shooting RCTI OK (anak 90-an pasti tau), tim memutuskan untuk istirahat makan siang.
Setelah cukup beristirahat dilanjutkan berjalan menyusuri kebun teh menuju relay atau pemancar selama satu jam dan tim akan menginap semalam untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak besok pagi. jangan bayangkan relay dengan kondisi saat ini yang ramai dilalui pendaki hingga mencapai ratusan pendaki setiap minggu nya. Dulu jika kita ingin camp di relay, lokasi camp adalah sebidang tanah disamping kanan jalan beberapa ratus meter sebelum relay yang cukup menampung maksimal lima buah tenda ukuran sedang dengan pemandangan lampu-lampu kota garut dimalam hari. Sumber air bisa didapatkan dengan menuruni jalan setapak di sebelah kiri jalan.
Ketika malam hari, udara kaki gunung cikuray cukup menganggu, karena saya tidak membawa perlengkapan yang cukup untuk menahan dingin, tidak ada kaos kaki, tidak ada kaos tangan. Meskipun dipinjami oleh tim yang lain, hal ini menjadi pelajaran berharga bagi saya bahwa gunung itu dingin dan harus membawa peralatan yang lengkap agar pendakian berjalan dengan aman dan nyaman.
Perjalanan menuju puncak cikuray dimulai, saya dapat tugas membawa air 5 liter di ransel saya yang membuat saya kepayahan padahal perjalanan baru mulai. Trek pertama yang harus dilalui adalah melanjutkan trek kebun teh sampai batas hutan. Sesaat sebelum sampai di batas hutan perjalanan tim terganggu karena ada kegiatan pembukaan lahan dengan cara dibakar, asap tebal menghalangi jalan yang akan saya lalui tim memutuskan untuk berjalan cepat menembus asap dan kami sampai di perbatasan hutan yang ditandai dengan pohon-pohon besar dan rindang.
Saya tidak ingat lagi detail nya seperti apa, terus berjalan secara perlahan dengan tujuan tim adalah camp di puncak cikuray dan sesekali istirahat sampai akhirnya beberapa meter sebelum puncak palsu ada anggota perempuan yang tidak sanggup melanjutkan perjalanan. Tim memutuskan untuk buka tenda di area sempit samping jalur pendakian dan melakukan summit attack besok pagi untuk mengejar sunrise. Malam hari cuaca tidak menentu, angin kencang, hujan kabut membuat suasana mencekam, setidaknya untuk pemula seperti saya. Tetapi keberadaan senior yang berpengalaman menenangkan saya bahwa hal tersebut biasa terjadi di gunung.
Harapan menyaksikan sunrise pertama kali digunung sepertinya tidak akan terlaksana, saya ambil kesimpulan itu setelah mendengar percakapan beberapa anggota tim yang sudah pernah ke puncak cikuray yang menyatakan puncak masih sekitar 1-2 jam lagi dari tempat kami camp tergantung kecepatan kita berjalan dan saat itu kita akan mulai perjalanan sepertinya saat itu jam sudah menunjukan pukul setengah 6 pagi. Semua peralatan ditinggal di tenda, anggota tim hanya membawa perbekalan air dan beberapa cemilan, saya diminta berjalan duluan bersama leader sementara anggota tim lain berjalan mengimbangi kecepatan anggota perempuan yang sempat kelelahan kemarin.
Spot pertama yang saya temui adalah puncak palsu, dinamakan puncak palsu karena di titik itu kita bisa melihat pemandangan laut selatan dengan jelas. Dulu, jalur pendakian masih aman melewati puncak palsu yang beberapa tahun kemudian dikabarkan rawan longsor dan berbahaya untuk dilewati. Gerak langkah leader yang cepat tidak bisa saya imbangi, sementara langkah tim sweaper pun terlalu lambat, saya sempat beberapa saat ada pada posisi tertinggal dari leader dan jauh dari sweaper, pengalaman pertama berjalan sendiri di gunung dan saat itu sempat berfikir apakah ini yang selama ini saya inginkan..? dan tentu saja jawabannya adalah YA hehe..
Jalan setapak sudah tidak seterjal sebelumnya, vegetasi pun sudah berangsur berubah menjadi tumbuhan khas diketinggian. Sesekali suara burung menemani langkah saya, vegetasi semakin terbuka dan dari kejauhan terdengar suara leader "ayoo semangat uda sampai puncak". Saya semakin mempercepat langkah menuju sumber suara, trek diakhiri dengan menanjak beberapa meter saya selesaikan dengan sedikit berlari dan akhirnya sampai di puncak gunung cikuray disambut ucapan selamat leader kepada seorang anak SMP kelas 2.
Puncak cikuray sangat menakjubkan, tidak ada orang lain selain anggota tim pendakian kami. Dari sana saya bisa melihat dengan jelas tebing-tebing gunung papandayan di sebelah barat, dari barat daya sampai tenggara terbentang garis putih pantai selatan jawa barat, sementara itu dari arah timur pemandangan gunung slamet yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah menampakan diri di kejauhan dan sebelah utara gunung tertinggi di Jawa Barat, Ciremai berdiri dengan megah. Puncak yang menakjubkan, pengalaman yang tak terlupakan bahkan pemandangan saat itu masih terlihat jelas sampai saat ini.
Semua tim berhasil mencapai puncak dan kemudian turun dengan selamat sampai perumahan kebun teh. Tim menyempatkan menginap di perumahan kebun teh, saya disambut hangat oleh para penduduk disana, kami dipersilahkan menggunakan wc bersama untuk mandi dan bersih-bersih, sementara untuk tidur kami diberi izin untuk menginap di mushola. Sumber listrik di kebun teh berasal dari genset, oleh karena itu listrik hanya bisa diakses pada jam 5 sore sampai jam 8 malam dan jam 4 pagi sampai jam 7 pagi. Jadi malam itu saya lalui dalam kegelapan yang sama seperti saat tidur di tenda. Keseokan harinya semua tim pulang ke tasikmalaya dan selamat sampai rumah masing-masing.

Comments