Pertengahan tahun 2007, saat kemarau sedang dalam puncaknya dan suhu udarapun sedang dalam titik terendahnya. Saya, sepupu dan satu teman saya merencanakan pendakian Gunung Lawu, Gunung Merapi dan Merbabu. Suatu malam (hari dan tanggal nya sudah lupa) kami berangkat menggunakan kereta api dari stasiun tasikmalaya menuju solo, ya tujuan pertama pendakian adalah gunung lawu yang ada diperbatasan jawa tengah dan jawa timur. saya memutuskan untuk mengambil akses dari solo, dilanjutkan ke tawangmangu dan selanjutnya sampai keperbatasan jawa tengah dan jawa timur. Saya mengambil jalur cemoro sewu untuk pendakian dan pendakian dimulai setelah makan siang. Saya tidak terlalu ingat detail pendakian selain trek di dominasi jalan dan tangga berbatu serta angin kencang sepanjang perjalanan, tapi karena saat itu sedang puncak musim kemarau cuaca tetap cerah meskipun angin kencang terus menemani setiap langkah saya. Saat sunset tiba saya masih dalam perjalanan dan masih ditemani angin kencang, salah satu tim sempat kedinginan karena istirahat terlalu lama saat menikmati sunset tanpa jaket windbreaker, setelah situasi terkendali saya mulai melanjutkan perajalanan dan sampai di camp area sekitar mata air. Saat itu kondisi mata air sedang surut hanya tersisa genangan seukuran baskom, semua pendaki antri untuk mengambil air, tapi meskipun demikian air di mata air itu tidak berkurang atau bertambah sedikitpun, hmmm...
Pemasangan tenda sedikit terhambat karena angin kencang, suhu udarapun langsung turun drastis seiring malam yang semakin gelap. Teman saya sempat kedinginan dan tidak bisa membantu melakukan pemasangan tenda, kami coba menenangkannya dan memberinya beberapa jaket untuk menghangatkannya, setidaknya sampai tenda benar benar terpasang. Ada kejadian yang menyita perhatian saat pemasangan tenda, dari tempat gelap tiba-tiba muncul lelaki paruh baya dan meminta tolong untuk dipinjamkan senter (meminta lebih tepatnya karena kalopun meminjam gak tau gimana cara mengembalikannya) karena dia harus turun malam itu juga. Dari penampilannya jelas dia bukan pendaki, dan tidak menguasai wilayah sekitar karena saya sempat antar dia sampai jalan berbatu agar bisa turun mengikuti jalan batu tersebut sampai bawah. Sempat terlintas pikiran bahwa dia berniat tidak baik dan hanya ingin senter secara cuma-cuma, tapi rasa kemanusiaan mengalahkan rasa curiga saya dan akhirnya senter saya satu satunya saya berikan dengan pertimbangan di tim masih ada satu senter lagi.
Malam hari saya sedikit dehidrasi karena persediaan air yang kurang karena sumber air sangat minim, sedangkan informasi di pos pendakian menyatakan bahwa diatas ada sumber air yang berlimpah. Kejadian ini saya jadikan pelajaran untuk pendakian-pendakian lainnya bahwa tidak ada yang pasti di alam, termasuk sumber mata air. Dehidrasi membuat tidur jadi gelisah, benarkah karena dehidrasi atau ada penyebab lain? Sepupu dan teman saya sudah terlelap, saya masih gelisah karena kerongkongan terasa kering, ingin rasanya pagi cepat datang dan mencari air untuk melepas dahaga. Seiring malam semakin larut akhirnya sayapun terelelap tanpa kaos tangan, karena beberapa kali terbangun dan memotong pir untuk sedikit mengobati dehidrasi. Saat tertidur saya mengalami kejadian yang mistis kalo tidak mau disebut halusinasi. Sedang terlelap tidur, tangan kanan saya terasa dingin karena ada tangan lain yang menggenggam, saya tidak buru terbangun karena saya pikir itu tangan teman saya yang kedinginan. Tidak lama kemudian tangan tersebut menggoyangkan tangan saya seolah orang yang bersalaman dan mengucapkan terima kasih, seketika saya melemparkan tangan tersebut dan menganggap apa yang teman saya lakukan tidaklah lucu. Setelah melemparkan tangan tersebut saya bangun ingin menegur sekaligus mengobrol karena tidur saya gelisah terus. Alangkah kagetnya ketika saya liat semua masih tidur terlelap dan yang paling bikin tercengang adalah baik sepupu maupun teman saya tidur dengan menggunakan kaos tangan lengkap.
Saya segera masuk kedalam sleeping bag kembali dan anehnya sejak kejadian itu saya mulai bisa tidur nyenyak. Pagi hari terbangun didalam tenda saya menceritakan kejadian semalam dan mereka seperti tidak percaya dan menganggap saya bermimpi. Oke lah menurut saya tidak perlu diperpanjang toh kejadiannya pun sudah selesai, kami bertiga bergegas keluar tenda untuk memasak sarapan sebelum menuju puncak. ketika berada diluar, cahaya sudah mulai terang dan kami bertiga hanya saling berpandangan melihat area belakang tenda yang kami dirikan adalah tebing yang tingginya tidak dimungkinkan orang untuk naik ataupun turun dan itu adalah arah datang nya orang yang meminta senter untuk turun gunung. Saya melanjutkan kegiatan dan tidak membahas hal tersebut (kami bahas setelah kami sampai rumah). Dalam perjalanan menuju puncak saya baru tau bahwa sudah ada warung disana dan menjual air mineral kemasan, saya hampir tidak percaya, semalaman menahan dahaga dan ada warung yang jaraknya hanya 15-30 menit dari tenda saya :(
Trek menuju puncak tidak terlalu sulit karena memang sebenarnya saya camp juga sudah masuk area puncak. Mengambil foto dipuncak kembali ke tenda dan bersiap turun untuk melanjutkan pendakian selanjutnya yaitu Gunung Merbabu..
note: setelah sampai dirumah kami membahas kejadian yang saya alami dan sepakat bahwa siapapun yang kami tolong dengan memberikan senter, mencoba mengucapkan terima kasih kepada saya. Meskipun senter tersisa satu, kami dibantu cuaca cerah dan cahaya bulan saat pendakian di merbabu.
Widiw pkkna mah tangan dingin,sebelumna Ts cerita mistis yg cincin 🤭😁
ReplyDeleteJd ada yg beneran dateng
Deletehaha masih inget :)
Delete