Labels

Blog Archive

Categories

Popular Posts

Protection

Blogger templates

Blogger templates

Popular Posts

Skip to main content

Cerita Pendaki #6: Pendakian Gunung Tertinggi di Jawa Barat

Sebagai siswa kelas satu SMA yang merupakan calon anggota sispala, karena pada saat itu saya belum menempuh pendidikan dasar, pengalaman mendaki gunung bongkok, gunung cikuray, gunung sindoro dan sumbing merupakan portofolio yang mewah, tentunya jika dibandingkan dengan teman seangkatan saya pada waktu itu. Oleh karena itu ketika ada rencana pendakian yang anggota nya hanya akan diisi oleh calon anggota sispala otomatis saya yang ditunjuk menjadi leader pendakian.
Desember, akhir tahun 2000 saya dan enam anggota kelas satu lainnya melakukan pendakian ke gunung tertinggi di Jawa Barat dan memilih jalur palutungan, karena dianggap lebih cocok untuk pendaki pemula.
Saya berangkat pagi hari dari terminal cilembang tasikmalaya menumpang bus tujuan Cirebon dan berhenti di pertigaan cigugur kuningan. Saya memeriksa kembali perlengkapan tim dan membeli beberapa perlengkapan yang kuranng dan dianggap perlu. Menurut informasi dari pertigaan cigugur menuju basecamp palutungan ada angkutan pedesaan tetapi keberangkatannya tidak menentu apalagi siang hari seperti saat itu. Saya memutuskan untuk mulai berjalan kaki untuk menghemat waktu dari pada menunggu angkutan yang tidak jelas, dengan harapan ada angkutan terbuka yang akan menuju ke kaki gunung (biasanya dikaki gunung ada angkutan untuk sayuran yang hilir mudik). Benar saja, baru beberapa menit berjalan terdengar suara truk dari kejauhan, ternyata truk pasir yang akan naik ke kaki gunung, meskipun tidak persis sampai basecamp tapi cukup menghemat waktu, tenaga dan uang tentunya hehe..

Sampai di basecamp saya gunakan waktu untuk istirahat dan makan siang dan memulai pendakian sekitar jam dua siang. Target pendakian adalah cigowong, yang merupakan salah satu pos dan merupakan sumber mata air terakhir yang disarankan untuk pendaki, meskipun ada mata air di goa walet tapi ketersediaannya tidak menentu. Pendakian berjalan lambat dan menguras tenaga karena semua tim berjalan bersama-sama tanpa terpisah sedikitpun, tapi menurut saya itu strategi paling baik saat itu, yang merupakan pendakian pertama dan step pertama bagi sebagian besar tim.
Sebelum gelap saya sudah sampai di cigowong yang merupakan area yang cukup luas untuk camp, ditumbuhi pepohonan rindang dan dilengkapi mata air yang mengalir diantara tenda-tenda yang sudah terpasang sebelum saya datang. Saya akan menginap  di cigowong, karena memang saya menghindari pendakian malam hari dengan pertimbangan tim dan perlengkapan penerangan yang terbatas. Saya dan sebagian tim memasang tenda, yang lainnya menyiapkan persediaan air dan memasak. Setelah makan malam untuk menghemat tenaga saya memutuskan tidur cepat. Keterbatasan tenda dan sleeping bag, memaksa lima orang tanpa sleeping bag berdesakan didalam tenda berkapasitas empat orang, dan dua orang lainnya tidur di bivak tambahan dengan sleeping bag.
Pagi hari setelah sarapan, saya bergegas melanjutkan pendakian dengan strategi yang sedikit berbeda, untuk menghemat waktu dan tenaga tim dibagi menjadi dua. Dua orang yang dinilai dapat berjalan lebih cepat dari yang lain berjalan didepan, sementara tiga orang yang lebih lambat berjalan dibelakang ditemani satu orang sweaper yang memiliki fisik yang paling baik diantara semua tim, sementara saya bertugas sebagai penyambung antara kedua tim. Saya terkadang berjalan bersama tim didepan, kemudian menunggu tim yang berada dibelakang untuk koordinasi dan sesekali kembali mengejar tim yang di depan untuk tetap berkomunikasi.
Strategi ini cukup terasa efektif saat memasuki jam makan siang, Saya dan tim yang didepan menyiapkan makanan terlebih dahulu dan ketika tim yang dibelakang sampai, makanan sudah siap jadi cukup menghemat waktu pendakian. Setelah makan siang, saya melanjutkan pendakian sampai goa walet, karena memang rencana saya akan camp disana. Goa walet adalah pos terkahir sebelum puncak yang berkontur bebatuan dan ternyata tidak cukup banyak lokasi untuk camp pada saat itu. Saat semua tim sampai di goa walet saya putuskan untuk melanjutkan pendakian ke puncak dan camp beberapa meter di bawah puncak. Karena menurut pendaki yang sudah turun, banyak spot untuk camp yang aman diantara vegetasi-vegetasi sekitar puncak.
Sekitar satu jam waktu yang saya perlukan dari goa walet untuk sampai puncak yang melewati trek batu dan vegetasi rendah yang kebanyakan adalah pohon bunga abadi. Semua tim menjejakan kaki dipuncak dengan kondisi sehat dan selamat, sekarang saat nya mencari lokasi camp, kami turun beberapa meter dari puncak dan mencari area yang cukup untuk satu tenda dan satu bivak tambahan. cukup kesulitan sebelum akhirnya mendapatkan spot yang pas dan aman untuk memasang tenda, tidak lama setelah tenda terpasang semua tim menyaksikan tenggelamnya matahari terakhir di tahun 2000.
Pada malam hari, Formasi tidur masih sama, lima orang di tenda dan dua orang dibivak. semua tim tertidur lelap sampai cahaya matahari pertama di tahun 2001 perlahan menyapa saya untuk mengusir dinginnya puncak ciremai saat itu. Semua tim berhasil sampai kerumah masing-masing dengan selamat, meskipun beberapa tahun setelah itu dua orang tim pendakian meninggal dunia dalam waktu yang berdekatan karena kecelakaan..

Comments