Hi traveler.., pasti sebagian dari kalian banyak yang bertanya pada saya, "lo traveler bukan sih? ampe berbulan bulan gak ada kegiatan traveling." ya, memang lagi-lagi kami tidak melakukan kegiatan traveling selama dua bulan, september dan oktober sayai habiskan waktu untuk traveling ke tempat yang istimewa, yaitu pelaminan.
Bulan november inilah saya ditakdirkan untuk melakukan kembali kegiatan yang paling saya sukai ini. meskipun tempat tujuan kali ini tidak begitu menarik bagi sebagian orang, tapi bagi saya mau kemanapun tujuannya, setiap perjalanan pasti punya cerita tersendiri.
Monumen Nasional atau Monas memang merupakan salah satu tujuan wisata di kota jakarta. Akses yang mudah dan tanpa tiket masuk ke area monas menjadi salah satu daya tarik masyarakat yang ingin melepas penat. saya berangkat dari tempat tinggal menggunakan kendaraan pribadi menuju halte busway BKN / Pool Primajasa, karena mengikuti saran dari para pejabat untuk menggunakan angkutan umum maka saya menitipkan kendaraan disekitar halte BKN dan menggunakan Trans Jakarta untuk menuju Monas. padahal belum tentu pejabat itu mengikuti sarannya sendiri.
Sebenarnya jalur TJ dari tempat tinggal saya menuju monas sama dengan TJ menuju Kota Tua, tapi karena naluri backpacker saya sedang tinggi jadilah mencoba jalur TJ baru menuju Monas. saya naik TJ koridor 10 dari halte BKN menuju Tanjung Priok berhenti di halte cempaka mas, kemudian di sambung TJ dari arah pulo gadung menuju harmoni berhenti di halte gambir 1. mencoba jalur baru ternyata menambah pengetahuan saya mengenai TJ, TJ yang digembar gemborkan nyaman, tidak saya rasakan di koridor 2, Bus kotor, bau, panas dilengkapi dengan cara mengendara sopir yang.. ahh sudahlah.. sampai juga di halte gambir 1, jalan sedikit menuju gerbang Monas.
Hal pertama yang saya rasakan ketika sampai digerbang monas adalah panas. jakarta memang panas, tapi entah kenapa sepertinya monas lebih panas dari jakarta. pepohonan hanya tersebar di sekeliling pagar kawasan monas, dan tempat pengunjung berjalan tidak ada tempat berteduh sedikitpun. oh iya, rasa panas seketika berkurang ketika tahu masuk kawasan monas ini gratis, hahaha..
Mengabadikan moment, dilanjutkan berjalan menuju gerbang tugu dengan tujuan ingin kembali merasakan terpaan angin jakarta di ketinggian, tapi tampaknya tidak untuk kali ini, antrian pengunjung mengular sampai keluar dan mengurungkan niat saya. fyi untuk masuk ke tugu dan naik bayar lagi, karena saya tidak jadi naik jadi tidak bisa memberikan informasi lebih lengkap.
Rasa lapar mendera memaksa saya untuk makan siang dikawasan monas. Baso gak rasa baso dan cendol gak rasa cendol menemani makan siang saya. makan siang memunculkan semangat baru untuk keliling kota jakarta menggunakan city tour, bus tingkat gratis yang digunakan wisatawan untuk menikmati kota jakarta. saya menemukan city tour yang sedang terpakir sebelum pintu keluar monas, ketika saya tanya ternyata bus itu untuk rombongan dan saya disarankan untuk menunggu di halte city tour di sekitar gerbang kawasan monas. lima belas menit berlalu sekitar dua puluh wisatawan termasuk saya bersemangat karena dari kejauhan sudah terlihat bus city tour. ternyata bus itu hanya numpang lewat tdak berhenti, tidak ada satu pun yang tahu alasannya, kecewa iya tapi masih semangat. lima belas menit kemudian anak-anak kembali bersorak, memang mayoritas wisatawan keluarga yang membawa anaknya. dan ya, bus berhenti tapi betapa kecewanya Kami ketika petugas hanya menurunkan penumpang dan memberikan informasi bahwa semua bus istirhat sampai jam dua siang, saat itu jam menujukan jam dua belas siang.
Jakarta memang kejam, tanpa ada informasi sedikitpun di halte city tour dan tiba-tiba bus istirahat dua jam setelah saya menunggu setengah jam. saya langsung memutuskan untuk pulang menggunakan TJ dari halte monas, dan ternyata sudah menggunakan full e-ticketing, tidak heran ketika sampai di halte saya mendapat tawaran e-ticket dengan cara yang sedikit mengganggu. karena saya sudah punya e-ticket dan kebetulan sisa saldo dua ribu, terpaksa saya top-up terlebih dahulu. saya sempat komplain karena proses topup yang memakan waktu sekitar 10 menit, teknologi yang katanya memudahkan dan cepat malah sukses membuang waktu dan membuat kaki saya pegal dilengkapi dengan menunggu lama TJ dihalte semanggi dan berdesakan di TJ menuju halte BKN, lengkap sudah pengalaman buruk saya menggunakan fasilitas umum Jakarta hari ini.
Comments
Post a Comment