Labels

Blog Archive

Categories

Popular Posts

Protection

Blogger templates

Blogger templates

Popular Posts

Skip to main content

Kota Tua Jakarta, Sisi Lain Wajah Ibu Kota


Hi travelers, sepanjang bulan juni dan juli saya tidak melakukan traveling. ya, bulan puasa adalah salah satu alasannya dan yang paling menyita waktu saya selama bulan Juni dan juli adalah mengurus pindah tempat kerja, sekaligus pindah domisili, Terima kasih Tasikmalaya.. 

Awal bulan agustus ini lah saya kembali melakukan perjalanan dan Kota Tua Jakarta menjadi tujuan saya. Karena sekarang TC tinggal di Ibu Kota, jadi untuk menuju Kota Tua cukup menggunakan Busway a.k.a Transjakarta. Domisili saya di  sekitar Pancoran, jadi tinggal menuju halte pancoran tugu, naik PGC - Grogol ke arah Grogol, transit di Semanggi untuk pindah ke halte benhil kemudian naik jurusan Blok M - Kota ke arah Kota. Perpindahan halte semanggi ke benhil cukup unik karena kita harus berjalan di penyebrangan cukup jauh, sampe masuk angin -_-


Libur lebaran memang membuat jakarta menjadi kota normal. lho iya, jakarta kan uda gak normal dengan segala ketidaknormalannya. Suasana normal ini benar benar membuat saya nyaman menggunakan Transjakarta, tidak menunggu lama, tidak berdesakan, tidak macet karena tidak ada yang menerobos jalur busway. Halte kota cukup unik karena merupakan gabungan antara statsiun kereta kota dan halte busway kota, di halte lain kita menggunakan jembatan penyebrangan di halte ini kita menggunakan terowongan penyebrangan, atau di lokasi ditulis sebagai TPO, Tempat Penyebrangan Orang.

Terowongan penyebrangan berakhir di depan museum mandiri, yang pada saat itu sedang tutup. untuk menjelajahi kota tua, saya memulai dengan menyusuri jalan dan menuju ke tempat khusus pejalan kaki. Selain cuaca panas yang teramat sangat, berbagai jajanan pun menyambut kedatangan saya di Kota Tua. Cukup beberapa menit saja saya sudah sampai di sekitar museum jakarta dan museum wayang. saya bangga dan terharu, kedua museum tersebut banyak peminatnya, sampai antrian mengular keluar gedung. Ternyata masih banyak juga orang yang tertarik dan peduli akan sejarah negara ini. Belum reda kebanggan saya melihat fenomena tersebut,  saya mulai sadar, tidak ada tempat teduh kecuali kedua museum itu dan saya pun mulai ikut dalam antrian museum jakarta untuk mempelajari sejarah jakarta sambil berteduh :p , jangan lupa siapkan uang 5 ribu untuk satu orang.



Benar saja, cuaca panas jakarta hilang begitu saya masuk ke dalam gedung yang berusia lebih dari 300 tahun ini. Koleksi museum sejarah jakarta ini membuat saya ingin berlama-lama di dalamnya dan mengambil beberapa dokumentasi.




Selain melihat-lihat koleksi museum, saya juga menikmati video tentang museum sejarah jakarta dengan biaya tambahan 2 ribu rupiah. Di halaman belakang gedung, terdapat taman dengan beberapa tempat duduk yang diteduhi dengan pohon rindang. karena kondisi kesehatan saya memburuk, saya tidak sempat menjelajahi Kota Tua sesuai rencana awal dan memutuskan untuk pulang lebih cepat.

Seperti Kita yang Ingin Menua Bersama, Siang itu di Kota Tua Jakarta


Comments