Setelah tertunda selama tiga tahun, serial Family Hiking kembali lagi, dan sekarang sudah masuk seri keempat. karena sempat tertunda cukup lama, mungkin ceritanya tidak akan sedetail yang lain, tapi ya.. mari kita coba~
Perjalanan ke puncak puspa sangat membekas bagi Eleanor, namun ada yang kurang, menurutnya, Eleanor ingin melihat lampu-lampu kota dari puncak puspa sementara waktu itu kita melakukan perjalanan di pagi hari, serta berkabut pula. Kalo ingin melihat lampu-lampu kota kami harus menginap atau melakukan perjalanan sore hari dan pulang di malam hari, jadi mulai merencanakan perjalanan hiking selanjutnya.
Melalui berbagai pertimbangan, kami memilih untuk tidak melakukan camping, tetapi perjalanan pulang pergi seperti sebelumnya, hanya waktunya saja yang berbeda. Agar mendapatkan pengalaman baru, saya mencari informasi lokasi hiking lain di area pegunungan sawal yang bisa dilakukan perjalanan pulang pergi serta bisa melihat lampu kota saat malam hari, dan yang saya temukan adalah puncak jamiaki, "tetangga" nya puncak puspa. Sebenarnya, untuk urusan melihat lampu kota, gunung golkar adalah salah satu yang terbaik di area pegunungan sawal, tapi memang pamor gunung golkar saat ini sudah jauh menurun dibanding dua puluh tahun sebelumnya.
Waktu yang ditentukanpun tiba, kami sampai pos pendakian pukul 16.30 sore, area parkir menuju puncak jamiaki bisa menampung lebih banyak mobil dibanding dengan area parkir menuju puncak puspa. Lokasi puncak jamiaki benar-benar bertetangga dengan puncak puspa, secara geografis hanya berbeda punggungan saja, terpisah satu lembah, oleh karena itu lokasi start pendakiannya pun tidak terlalu jauh. Trek diawalin jalanan aspal yang masih baru saat itu, berganti jalan tanah bercampur batu yang mungkin, akan segera diaspal tidak lama lagi, ditandai banyaknya batu koral di kiri kanan jalan.
Jika dibandingkan dengan tetangganya, puncak puspa, medan menuju puncak jamiaki ini lebih terjal, cukup lima ratus meter pertama saja untuk menguras tenaga kami. Tapi tekad untuk melihat lampu kota dari puncak jamiaki memaksa kami untuk terus melanjutkan langkah demi langkah. Jalan berbatu mendominasi trek selanjutnya, kami sepakat ini lebih menguras tenaga dari trek sebelumnya.
Ada beberapa warung yang kami lewati sepanjang jalur pendakian dan menyediakan tempat duduk untuk beristirahat. Ada juga beberapa saung tanpa pedagang untuk beristirahat. Di salah satu tempat kami istirahat kami melihat di arah barat laut puncak puspa sudah terlihat dan mungkin sejajar dengan kami. Itu menandakan bahwa seharunya puncak jamiaki tidak jauh lagi. Beberapa saat setelah melanjutkan perjalanan trek jalan berbatu akhirnya habis dan berganti menjadi tanah berbentuk tangga yang menyusuri sebuah lereng. Ini yang membuat sepeda motor pada saat itu belum bisa sampai ke puncak jamiaki dan hanya sampai akhir jalan berbatu saja.
Trek tanah di lereng adalah trek terakhir sebelum sampai di puncak jamiaki, jam enam sore tepat kami sampai dan terus ke arah kanan menuju camp site untuk istirahat sambil menunggu hari benar-benar gelap dan menikmati lampu-lampu kota dari puncak jamiaki.
Sesuai rencana sebelumnya, kami bergegas turun setelah cukup istirahat dan menikmati pemandangan. Udara yang semakin dingin menemani langkah demi langkah kami turun dari puncak jamiaki menembus gelap nya malam.
Comments
Post a Comment